GIATLAH MENCARI NAFKAH KEMUDIAN TAWAKKAL
Kesalahan memahami hakekat tawakal kerap menjerumuskan orang ke dalam kegagalan dunia-akhirat. Agar tidak termasuk golongan ini, pahamilah keterkaitan antara kerja keras dan tawakal yang diperintahkan.
Berusahalah. Bekerjalah. Penuhi kebutuhan hidupmu sendiri. Perangi kemalasan. Jangan tergantung pada orang lain. Imam Ahmad pernah ditanya mengenai seorang lelaki yang hanya duduk-duduk di rumah atau di masjid, seraya berkata, “Aku tidak mau
bekerja sedikit pun, karena rezekiku akan datang sendiri.” Maka beliau berkata,”Ia orang yang tidak paham agama.” Selanjutnya Imam Ahmad berkata, “Para sahabat dulu berdagang dan bekerja dengan pohon kurmanya. Padahal merekalah teladan kita.”
(Fathul Bari, 11/305-306)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan umatnya giat bekerja dan berusaha keras mencari rezeki guna menjaga kehormatan diri dan masa depan keluarga. Beliau bersabda: “Berusahalah untuk mencari sesuatu yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa lemah.
Jika sesuatu terjadi padamu, maka jangan katakan, ‘Seandainya aku melakukan hal ini, pasti tidak seperti ini. Namun katakanlah, ‘Ini takdir Allah dan apa yang telah Dia kehendaki pasti Allah lakukan. Karena berandai-andai itu membuka peluang untuk setan.”
IKHTIAR MENCARI NAFKAH
Beberapa hal dapat ditempuh seorang Muslim untuk mendapatkan,
menjaga dan mengembangkan usaha agar memenuhi kebutuhan
hidupnya dan keluarganya. Di antaranya:
1. Bertakwa
Imam Ar Raghib Al Ashfahani memberikan definisi takwa sebagai
“menjaga jiwa dari perbuatan berdosa, dengan meninggalkan
segala yang dilarang; dan takwa bisa menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan (karena syubhat,
ed.).” (Al-Mufradat fi gharibil Quran, hal. 531)
Anjuran menjaga ketakwaan berkaitan erat dengan upaya
mencari nafkah. Bekal takwa akan menjadi rambu-rambu dalam
mengais rezeki nya sehingga dia bisa menjamin bahwa uangnya
halal. Dari Abdullah bin Mas’ud Radliallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dan ambilah yang baik dalam mencari rezeki (ambil yang halal dan tinggalkan yang haram).
Seimbang dalam berusaha dan menuntut ilmu.” (HR. Hakim)
Seorang Muslim yang bertakwa dituntut berlaku seimbang
antara menuntut ilmu dan mencari nafkah. Kekuatan ilmu dan
harta yang bersinergi baik akan melahirkan kekuatan dasyat dan
pengaruh positif bagi dakwah dan kebangkitan umat.
Kesalahan memahami hakekat tawakal kerap menjerumuskan orang ke dalam kegagalan dunia-akhirat. Agar tidak termasuk golongan ini, pahamilah keterkaitan antara kerja keras dan tawakal yang diperintahkan.
Berusahalah. Bekerjalah. Penuhi kebutuhan hidupmu sendiri. Perangi kemalasan. Jangan tergantung pada orang lain. Imam Ahmad pernah ditanya mengenai seorang lelaki yang hanya duduk-duduk di rumah atau di masjid, seraya berkata, “Aku tidak mau
bekerja sedikit pun, karena rezekiku akan datang sendiri.” Maka beliau berkata,”Ia orang yang tidak paham agama.” Selanjutnya Imam Ahmad berkata, “Para sahabat dulu berdagang dan bekerja dengan pohon kurmanya. Padahal merekalah teladan kita.”
(Fathul Bari, 11/305-306)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan umatnya giat bekerja dan berusaha keras mencari rezeki guna menjaga kehormatan diri dan masa depan keluarga. Beliau bersabda: “Berusahalah untuk mencari sesuatu yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa lemah.
Jika sesuatu terjadi padamu, maka jangan katakan, ‘Seandainya aku melakukan hal ini, pasti tidak seperti ini. Namun katakanlah, ‘Ini takdir Allah dan apa yang telah Dia kehendaki pasti Allah lakukan. Karena berandai-andai itu membuka peluang untuk setan.”
IKHTIAR MENCARI NAFKAH
Beberapa hal dapat ditempuh seorang Muslim untuk mendapatkan,
menjaga dan mengembangkan usaha agar memenuhi kebutuhan
hidupnya dan keluarganya. Di antaranya:
1. Bertakwa
Imam Ar Raghib Al Ashfahani memberikan definisi takwa sebagai
“menjaga jiwa dari perbuatan berdosa, dengan meninggalkan
segala yang dilarang; dan takwa bisa menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan (karena syubhat,
ed.).” (Al-Mufradat fi gharibil Quran, hal. 531)
Anjuran menjaga ketakwaan berkaitan erat dengan upaya
mencari nafkah. Bekal takwa akan menjadi rambu-rambu dalam
mengais rezeki nya sehingga dia bisa menjamin bahwa uangnya
halal. Dari Abdullah bin Mas’ud Radliallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dan ambilah yang baik dalam mencari rezeki (ambil yang halal dan tinggalkan yang haram).
Seimbang dalam berusaha dan menuntut ilmu.” (HR. Hakim)
Seorang Muslim yang bertakwa dituntut berlaku seimbang
antara menuntut ilmu dan mencari nafkah. Kekuatan ilmu dan
harta yang bersinergi baik akan melahirkan kekuatan dasyat dan
pengaruh positif bagi dakwah dan kebangkitan umat.
2. Profesional
Adalah kewajiban seorang Muslim bekerja profesional, baik untuk
pekerjaan skala kecil maupun skala besar. Jika sebuah pekerjaan
dilakukan secara profesional, insya Allah akan menghasilkan
keuntungan maksimal.
3. Menjaga waktu
Bagian dari ikhtiar seorang Muslim dalam bekerja adalah bisa
memanfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk hal yang bermanfaat, terkait urusan dunia dan akheratnya, sehingga tidak ada waktu untuk hal yang sia-sia.
4. Amanah
Amanah adalah sifat yang sangat agung. Allah dan rasul-Nya memerintahkan kepada setiap Muslim untuk menunaikan
amanah yang diembannya dan tidak berkhianat, sekecil apa pun
amanah tersebut.
5. Istiqamah
Seorang Muslim harus istiqamah dalam menuntut ilmu, beribadah dan berusaha maksimal menjalankan usaha dan meniti hidupnya.
6. Perbanyak doa
Doa sangat bermanfaat dalam segala hal, baik belum atau setelah
terjadi. Orang sombong enggan berdoa dan minta kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Dan Rabbmu berfirman,
‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau berdoa kepada-Ku, akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina.” (QS. Ghafir [40]: 60)
Allah Ta’ala juga berfirman, yang artinya, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah [2]: 186)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Doa adalah
ibadah.” (HR. Ibnu Hibban, Abu Daud, Turmudzi, dan dishahihkan
al-Albani). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
“Sesungguhnya Allah Maha Pemalu, lagi Maha Pemurah. Dia malu jika seseorang menengadahkan tangannya (meminta) kepada-Nya, kemudian dia menarik tangannya dalam keadaan hampa tanpa mendapat apa-apa.” (HR Tirmidzi dan dishahihkan Al-Albani).
Semoga kita diberi kemudahan oleh Allah untuk mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Semoga bermanfaat,silakan share semoga bermanfaat
dan menginspirasi dan menjadi renungan bagi sahabat yang lainnya.
Adalah kewajiban seorang Muslim bekerja profesional, baik untuk
pekerjaan skala kecil maupun skala besar. Jika sebuah pekerjaan
dilakukan secara profesional, insya Allah akan menghasilkan
keuntungan maksimal.
3. Menjaga waktu
Bagian dari ikhtiar seorang Muslim dalam bekerja adalah bisa
memanfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk hal yang bermanfaat, terkait urusan dunia dan akheratnya, sehingga tidak ada waktu untuk hal yang sia-sia.
4. Amanah
Amanah adalah sifat yang sangat agung. Allah dan rasul-Nya memerintahkan kepada setiap Muslim untuk menunaikan
amanah yang diembannya dan tidak berkhianat, sekecil apa pun
amanah tersebut.
5. Istiqamah
Seorang Muslim harus istiqamah dalam menuntut ilmu, beribadah dan berusaha maksimal menjalankan usaha dan meniti hidupnya.
6. Perbanyak doa
Doa sangat bermanfaat dalam segala hal, baik belum atau setelah
terjadi. Orang sombong enggan berdoa dan minta kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Dan Rabbmu berfirman,
‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau berdoa kepada-Ku, akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina.” (QS. Ghafir [40]: 60)
Allah Ta’ala juga berfirman, yang artinya, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah [2]: 186)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Doa adalah
ibadah.” (HR. Ibnu Hibban, Abu Daud, Turmudzi, dan dishahihkan
al-Albani). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
“Sesungguhnya Allah Maha Pemalu, lagi Maha Pemurah. Dia malu jika seseorang menengadahkan tangannya (meminta) kepada-Nya, kemudian dia menarik tangannya dalam keadaan hampa tanpa mendapat apa-apa.” (HR Tirmidzi dan dishahihkan Al-Albani).
Semoga kita diberi kemudahan oleh Allah untuk mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Semoga bermanfaat,silakan share semoga bermanfaat
dan menginspirasi dan menjadi renungan bagi sahabat yang lainnya.
Laknat Allah untuk Setiap yang Bergaya Menyerupai Wanita dan
Sebaliknya
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata,
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - الْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ ، وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki” [HR. Bukhari no. 5885]
Dalam lafazh Musnad Imam Ahmad disebutkan,
لَعَنَ اللَّهُ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ ، وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
“Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita, begitu pula wanita yang menyerupai laki-laki” [HR. Ahmad no. 3151, 5: 243. Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari].
Begitu pula dalam hadits Abu Hurairah disebutkan,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَعَنَ الرَّجُلَ يَلْبَسُ لُبْسَةَ الْمَرْأَةِ وَالْمَرْأَةَ تَلْبَسُ لُبْسَةَ الرَّجُلِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita, begitu pula wanita yang memakai pakaian laki-laki” [HR. Ahmad no. 8309, 14: 61. Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim, perowinya tsiqoh termasuk perowi Bukhari Muslim selain Suhail bin Abi Sholih yang termasuk perowi Muslim saja]. Dalam hadits terakhir ini yang dilaknat adalah gaya pakaiannya. Sedangkan hadits di atas adalah mode bergaya secara umum.
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata,
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - الْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ ، وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki” [HR. Bukhari no. 5885]
Dalam lafazh Musnad Imam Ahmad disebutkan,
لَعَنَ اللَّهُ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ ، وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
“Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita, begitu pula wanita yang menyerupai laki-laki” [HR. Ahmad no. 3151, 5: 243. Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari].
Begitu pula dalam hadits Abu Hurairah disebutkan,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَعَنَ الرَّجُلَ يَلْبَسُ لُبْسَةَ الْمَرْأَةِ وَالْمَرْأَةَ تَلْبَسُ لُبْسَةَ الرَّجُلِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita, begitu pula wanita yang memakai pakaian laki-laki” [HR. Ahmad no. 8309, 14: 61. Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim, perowinya tsiqoh termasuk perowi Bukhari Muslim selain Suhail bin Abi Sholih yang termasuk perowi Muslim saja]. Dalam hadits terakhir ini yang dilaknat adalah gaya pakaiannya. Sedangkan hadits di atas adalah mode bergaya secara umum.
Jangan tinggalkan tetangga Anda kelaparan
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ
“Bukanlah mukmin sejati, orang yang kenyang, sementara tetangga di sampingnya kelaparan.” (HR. Abu Ya'la dalam Musnadnya, dan sanadnya dinilai hasan oleh Husain Salim Asad)
Semoga bermanfaat dan menjadi renungan bagi kita semua
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ
“Bukanlah mukmin sejati, orang yang kenyang, sementara tetangga di sampingnya kelaparan.” (HR. Abu Ya'la dalam Musnadnya, dan sanadnya dinilai hasan oleh Husain Salim Asad)
Semoga bermanfaat dan menjadi renungan bagi kita semua
No comments:
Post a Comment