Keyakinan akan datangnya seorang juru penyelamat atau Imam Mahdi berakar kuat, baik di kalangan Sunni maupun Syiah. Keyakinan ini berdasarkan hadis Rasulullah SAW yang menubuatkan datangnya Imam Mahdi.
Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Daud, Rasulullah SAW bersabda, Dunia akan dipimpin oleh seseorang dari keluargaku. Namanya sama dengan namaku. Seandainya dunia ini hanya tinggal sehari, Allah akan panjangkan hari itu sehingga ia akan memimpinnya.
Rasulullah juga bersabda, Al-Mahdi berasal dari keturunanku. Ia akan memenuhi bumi ini dengan keadilan dan pemerataan, sebagaimana telah dipenuhi oleh kezaliman dan ketidakadilan, ia akan berkuasa selama tujuh tahun. (HR At-Tirmizi).
John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford, mengungkapkan dalam sejarah Islam, sosok yang mengaku sebagai Imam Mahdi tak terhitung jumlahnya. Pada setiap abad, selalu ada saja tokoh yang memiliki pengikut yang banyak sebagai seorang Imam Mahdi. Berikut lima tokoh yang pernah mendeklarasikan diri sebagai Imam Mahdi.
Muhammad Ubaidullah, Khalifah Pertama Fatimiyah
Pada abad ke-10 M, Khalifah Dinasti Fatimiyah yang pertama, Muhammad Ubaidullah (wafat 934 M), mengaku sebagai Imam Mahdi.
Dengan menampakkan diri di Jabal Massa yang terletak di wilayah Maghribi (Afrika Utara), dia mengaku sebagai keturunan dari anak perempuan Nabi SAW, Fatimah, dan sebagai saudara laki-laki dari Imam ke-12 yang tersembunyi.
Nama aslinya merupakan Said bin Husein. Dia berasal dari Tunisia. Ubaidullah al-Mahdi menuntut kepada pengikut sekte Syiah Ismailiyah untuk menaatinya karena dia mengklaim dirinya sebagai imam dalam sekte Syiah Ismailiyah yang memiliki hubungan darah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari jalur putri beliau Fatimah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Disinilah nama Fatimiyah berasal.
Untuk memperkuat kerajaan barunya, Ubaidullah al-Mahdi mengakomodir orang-orang Barbar di Afrika Utara sebagai kekuatan militer. Ia berhasil mempengaruhi orang-orang Barbar yang sudah kecewa dengan Dinasti Aghlabiyah di Afrika Utara dan menjanjikan posisi yang baik dan balasan yang memuaskan apabila mereka bergabung dengan Daulah Fatimiyah.
Ibnu Tumart, Pendiri Al Muwahhidun
Pada abad ke-12 M, pendiri gerakan reformasi Al-Muwahhidun, Muhammad Ibnu Tumart (wafat 1130 M), juga mengaku sebagai Imam Mahdi yang berasal dari keturunan Khalifah Ali. Ibnu Tumart lahir di Maroko selatan. Sejak kecil, dia menunjukkan ketertarikan kepada agama. Dia meninggalkan rumah sejak tahun 1105. untuk mengunjungi kota-kota utama peradaban Islam, mempelajari teologi dan hukum Islam di Marrakesh, Cordova, Baghdad, Damaskus, dan Alexandria.
Pada 1118 ia kembali ke Afrika Utara. Disana dia berkhotbah di kota dan desa. Dia mengecam perilaku menyimpang seperti minum anggur, bermain alat musik, dan tampilnya perempuan di tempat umum tanpa jilbab.
Tak diterima publik dan pihak kesultanan Almoravid, Ibnu Tumart dibuang ke Pegunungan Atlas. Disanalah dia mulai merekrut murid-murid di antara sesama suku Masmuda.
Pada 1121 Ibn Tumart menyatakan dirinya menjadi Imam Mahdi. Dia mengaku telah menerima inspirasi ilahi untuk memimpin umat manusia memulihkan keadilan di muka bumi. Kebenaran itu harus dicapai oleh keyakinan doktrin Ibn Tumart tentang kesatuan mutlak. Keadilan itu harus dikembalikan oleh pertempuran di tentara Ibn Tumart untuk menggulingkan pemerintah Almoravid
Sayyid Muhammad dari India
Pada abad ke-15 M, di anak Benua India juga bermunculan tokoh yang mengaku sebagai Mahdi. Pada 1495 M, seorang tokoh bernama Sayyid Muhammad dari Jaunpur mengaku sebagai Imam Mahdi. Uniknya, ia mengaku sebagai Imam Mahdi saat berada di Makkah, sembari melaksanakan tawaf mengelilingi Ka’bah.
Saat kembali ke India, di Masjid Utama Taj khan Salar di Ahmebad, Sayyid Muhammad kembali mengumumkan klaimnya sebagai Imam Mahdi. Untuk memperkuat pengakuannya sebagai Mahdi, disebutkan pula bahwa nama kedua orangtuanya adalah Abdullah dan Aminah
Mahdi Muhammad Ahmad dari Sudan
Pada abad ke-19, seorang yang mengaku Imam Mahdi di Sudan bernama Mahdi Muhammad Ahmad muncul. Lahir pada 2 Agustus 1844, Muhammad Ahmad merupakan pemimpin agama dari Samaniyya.
Dia memprokmairkan diri sebagai Imam Mahdi saat munculnya kemarahan publik Sudan dengan kebijakan para penguasa Turki-Mesir karena bertindak sewenang-wenang. Kemarahan itu berhasil dikapitalisasi Mahdi Muhammad karena keyakinan itu populer di antara berbagai sekte agama Sudan waktu.
Dia pun membentuk satu gerakan Mahdiyya yang dipengaruhi gerakan Mahdi sebelumnya di Afrika Barat, serta Wahabisme dan bentuk keyakinan puritan lain sebagai reaksi terhadap dominasi kekuatan Eropa pada abad ke-19.
Dari deklarasi Mahdiyya di Juni 1881 sampai jatuhnya Khartoum pada bulan Januari 1885, Muhammad Ahmad memimpin kampanye militer yang sukses melawan pemerintah Turkio-Mesir (dikenal sebagai Turkiyah). Selama periode ini, banyak doktrin teologis dan politik Mahdiyya didirikan dan diresmikan di antara jajaran tumbuh pendukung Mahdi. Muhammad Ahmad meninggal dunia pada 22 Juni 1885, hanya enam bulan setelah penaklukan Khartoum.
Imam Mahdi dari Mesir
Di Mesir, juga sempat muncul beberapa tokoh yang mengaku sebagai Imam Mahdi. Para tokoh yang mengaku sebagai Mahdi itu menjadi pemimpin pemberontakan rakyat melawan penjajah Prancis. Menjelang akhir abad ke-19 M, revolusi Mahdi melawan penjajah Eropa merebak di berbagai negara berpenduduk Islam, seperti India, Aljazair, Senegal, Ghana, dan Nigeria.
via : repbulika.co.id
No comments:
Post a Comment